MEDIA BERKUALITAS adalah sebuah media yang memberikan berbagai informasi yang bermanfaat untuk pemirsa

Adsense

Senin, 18 Oktober 2021

Metode Filsafat Spekulatif, Kritik, dan Analisis Sintesis

 BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat merupakan suatu bidang studi yang mengajak manusia untuk menggunakan potensi akal yang luar biasa untuk senantiasa berpikir. Sebagaimana kita ketahui begitu luasnya pembahasan filsafat sehingga sudah sewajarnya kalau banyak di antara para ahli filsafat memberikan definisi berbeda tekanannya. Berikut ini disampaikan beberapa definisi filsafat dari se-bagian filsuf.

1. Plato (427-348 SM). Filsuf Yunani yang termashur, murid Socrates dan guru Aristoteles ini mendefiniskan filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli. 

2. Aristoteles (382-322 SM). Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran mengenai ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika. Menurut dia ilmu filsafat itu adalah ilmu mencari kebenaran pertama, ilmu tentang segala yang ada yang menunjukkan ada yang mengadakan sebagai penggerak pertama.

3. Al-Farabi (870-950). Filsuf terbesar sebelum Ibnu Sina mendefinisikan filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bagaimana hakekat yang sebenarnya.

4. Rene Descartes (1590-1650), seorang tokoh utama Renaissance, men-definisikan filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan dimana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikannya.

5. Immanuel Kant (1724-1804), seorang filsuf yang sering disebut raksasa pikir Barat mendefinisikan filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan,  yaitu:

a. Metafisika, menjawab apa yang dapat kita ketahui.
b. Etika, menjawab apa yang boleh kita kerjakan.
c.  Agama, menjawab sampai dimana harapan kita
d. Antropologi, menjawab apa yang dinamakan manusia.

6. Theodore Brameld, mendefinisikan filsafat merupakan usaha yang gigih dari orang-orang biasa maupun orang-orang cerdik pandai untuk membuat kehidupan sedapat mungkin dapat dipahami dan bermakna. 

Definisi-definisi tersebut di atas menunjukkan bahwa filsafat mencoba untuk mencari, menyelidiki dan mengetahui apa hakekat sebenarnya segala sesuatu yang ada ini.

Istilah metode berasal dari bahasa Yunani methodos, meta artinya dengan dan hodos artinya jalan. Dalam hubungannya dengan suatu upaya ilmiah, metode artinya cara kerja yang teratur dan sistematis yang digunakan untuk memahami suatu obyek yang dipermasalahkan, yang merupakan sasaran dari bidang ilmu tersebut. Metode merupakan salah satu dari persyaratan yang harus dimiliki sesuatu jika sesuatu tersebut akan dikaterigorikan sebagai ilmu. Termasuk filsafat karena bisa dikatakan sebagai ilmu, maka tentunya memiliki metode. Bahkan metode filsafat bisa dikatakan banyaknya sebanyak jumlah filsufnya.  Dibawah ini diuraikan sebagian metode filsafat yang pernah dikembangkan sepanjang sejarah filsafat, teristimewa yang memiliki pengaruh cukup kuat bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan pada umumnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka penulis membatasi pada masalah Metode Kefilsafatan yakni Filsafat Spekulatif, Filsafat Kritik, dan Filsafat Sintesis dan Analisis.

C. Tujuan

Mengenal dan memahami tentang beberapa motode dalam filsafat.

 

BAB II
PEMBAHASAN

A. Filsafat Spekulatif

Filsafat spekulatif adalah suatu cara berfikir sistematis mengenai segala hal yang ada. Mengapa para filsuf melakukan ini? Mengapa mereka tidak seperti ilmuwan saja yang mempelajari aspek tertentu dalam kehidupan? Jawabannya adalah bahwa pikiran manusia berharap melihat suatu hal secara keseluruhan. Berharap untuk mengerti bagaimana semua hal yang berbeda yang ditemukan secara bersamaan akan menghasilkan sesuatu yang sangat berarti secara keseluruhan. Dan kita pun terus mengikuti hal-hal tersebut. Ketika kita membaca sebuah buku, melihat lukisan, atau mempelajari sebuah tugas, kita sadar bahwa tidak hanya detail tertentu saja yang diperhatikan tetapi harus memperhatikan juga pola-pola yang memberikan perbedaan pada detail-detail tersebut.

Filsafat spekulatif adalah suatu pencarian untuk aturan dan suatu hal yang menyeluruh, yang diterapkan bukan hanya pada hal tertentu atau pengalaman tertentu saja tetapi untuk seluruh ilmu pengetahuan dan pengalaman. Singkatnya, filsafat spekulatif adalah suatu usaha untuk menemukan hubungan dari keseluruhan aspek dari pikiran dan pengalaman.  Filsafat Spekulatif merenungkan secara rasional spekulatif seluruh persoalan manusia dalam hubungannya dengan segala yang ada pada jagat raya ini.  Filsafat berusaha menjawab seluruh pertanyaan yang berkaitan dengan manusia, eksistensinya, fitrahnya di alam semesta ini, dan hubungannya dengan kekuatan-kekuatan supernatural. Filsafat spekulatif memiliki kekuatan intelektal yang sangat tinggi, dengan penalaran intelektualnya itu manusia berusaha membangaun suatu pemikiran tentang manusia dan masyarakat. Contoh dari paradigma  filsafat ini adalah filsafat yunani kuno, filsafat Socrates, Plato dan ilsafat Aristoteles.

B. Filsafat Kritis

Metode kritis merupakan suatu aliran yang menekankan terhadap penilaian dari masyarakat ataupun budaya dengan menerapkan sistem pengetahuan tentang pemikiran yang kompleks dengan menggunakan proses analisa dan avaluasi terhadap suatu informasi yang diterima.

Metode Kritis dipergunakan oleh Sokrates dan Plato – tingkat intensif, telah memiliki pengetahuan filsafat. Pendekatannya historis yakni memahami isi, mengajukan kritik baik dengan bentuk menentang atau dukungan terhadap ajaran filsafat yang sedang dipelajari. Mengkritik dengan pendapat sendiri atau juga menggunakan pendapat filsuf lain. 

C. Filsafat Analisis dan Sintesis

1. Metode Analisis

Secara etimologis, kata ‘analisis’ yang dalam Bahasa Inggris ‘analysis’ berasal dari leksembahasa Yunani analyein (gabungan morfem ana dan lyein) berarti  ‘melonggarkan’ atau ‘memisahkan’ (memisahkan keseluruhan menjadi bagian-bagian). Dalam Kamus Meriam-Webster, kata ‘analisis’ memiliki beberapa dimensi makna. Dua di antaranya yang berkaitan dengan filsafat dimaknai dengan “a method in philosophy of resolving complex expressions into simpler or more basic ones” (metode dalam filsafat yang menguraikan ungkapan yang rumit ke dalam bentuk yang lebih sederhana atau yang lebih mudah) dan“clarification of an expression by an elucidation of its use in discourse” (klarifikasi ungkapan dengan cara menjelaskan penggunaannya dalam wacana). Selain itu, dalam konteks kebahasaan, ‘analisis’ dimaknai sebagai penyederhanaan bentuk kata dengan memisahkan akar kata dari imbuhannya sebagai salah satu metode bedah bahasa.

Jika analisis dikategorikan sebagai metode berpikir dalam mengungkapkan pengetahuan dan kebijaksanaan, maka tentu di dalamnya terdapat serangkaian fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang digunakan untuk menguraikan ataupun menyederhanakan ungkapan atau hasil pemikiran. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya menjelaskan setiap entitas yang dikandung dalam ungkapan pemikiran dan perasaan manusia.

Menurut istilah, ‘analisis’ merupakan bentuk kegiatan logika yang menyarikan kebenaran konkret suatu proposisi, dan memusatkan perhatian mula-mula dan terutama pada forma telanjangnya (yang pada dasarnya matematis), yaitu nilai kebenarannya. Dalam filsafat analitik (positivisme), analisis dirumuskan oleh Russel (1997) dengan pernyataan,

“Dalam percobaan yang dilakukan secara serius, tidaklah selayaknya kita tempuh dengan menggunakan bahasa biasa, sebab susunan bahasa biasa itu selain buruk, juga bermakna ganda arti. Oleh karena itu saya bermaksud meyakinkan bahwa sikap bersikeras atau kepala batu untuk tetap menggunakan bahasa biasa dalam mengungkapkan pemikiran kita adalah penghalang besar bagi kemajuan filsafat.”

Maksud pokok mengadakan analisa ialah melakukan pemeriksaan konsepsional atas makna yang dikandung oleh istilah-istilah yang digunakan dan pernyataan-pernyataan yang dibuat. Pemeriksaan ini mempunyai dua macam segi. Pertama, kita berusaha memperoleh makna baru yang terkandung dalam istilah-istilah yang bersangkutan. Dan yang kedua, kita menguji istilah-istilah itu melalui penggunaannya, atau dengan meakukan pengamatan terhadap contoh-contohnya. 

Merujuk pada penjelasan di atas, analisis pada akhirnya dimaknai sebagai kegiatan berpikir yang melakukan perincian terhadap istilah-istilah atau pernyataan-pernyataan ke dalam bagian-bagiannya agar dapat menangkap makna yang dikandungnya atau memahami komponen terlebih dahulu kemudian menguraikan komponen.

2. Metode Sintesis

Sintesis merupakan bentuk lain dari kegiatan atau metode berpikir. Secara sederhana, Russel menyatakan bahwa sintesa logik berarti menentukan makna pernyataan atas dasar empirik. Meskipun demikian, kebenaran proposisi Russel perlu dianalisis dengan membedah pengertian yang dikemukakan.

Secara etimologis, sintesis berasal dari bahasa Yunani syntithenai (syn- + tithenai) yang berarti ‘meletakkan’ atau ‘menempatkan’. Lebih lanjut, dalam sumber yang sama, sintesis diartikan sebagai komposisi atau kombinasi bagian-bagian atau elemen-elemen yang membentuk satu kesatuan. Selain itu, sintesis juga diartikan sebagai kombinasi konsep yang berlainan menjadi satu secara koheren, dan penalaran induktif atau kombinasi dialektika dari tesis dan antitesis untuk memperoleh kebenaran yang lebih tinggi.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sintesis diartikan sebagai “paduan berbagai pengertian atau hal sehingga merupakan kesatuan yang selaras atau penentuan hukum yang umum berdasarkan hukum yang khusus.” Pengertian ini sejalan dengan pendapat Kattsof (1986) yang menyatakan bahwa logika sintesis adalah kegiatan berpikir logis yang melakukan penggabungan semua pengetahuan yang diperoleh untuk menyusun suatu pandangan atau konsep. Sintesis dalam filsafat merupakan kombinasi bagain atau elemen untuk menghasilkan pandangan atau sistem yang lebih legkap atau sempurna. Koherensi yang dihasilkan dianggap mampu menunjukkkan kebenaran secara lengkap daripada hanya sebagai kumpulan dari bagian-bagaian. Istilah sintesis juga merujuk pada peningkatan derajat kebenaran yang mengkombinasikan kebenaran tesis dan antitesis dalam filsafat dialektika Hegel berkebangsaan Jerman abad ke-19. Filsafat Jean-Paul Sartre menekankan jenis eksistensi sintesis. Dalam Being and Nothingness, kesadaran (pour-soi) selalu mencoba menjadi ada (en-soi), untuk mencapai sebuah sintesis sebagaimana adanya antara ke-ada-an dan ketiadaan.

Dengan demikian, jelaslah kiranya bahwa analisis dan sintesis merupakan bentuk kegiatan berpikir atau berlogika yang menggunakan bahasa dan referensinya sebagai alat bedah nalar bagi proposisi untuk menyatakan kebenaran sebuah pernyataan.

 

BAB III
PENUTUP

Metode merupakan salah satu dari persyaratan yang harus dimiliki sesuatu jika sesuatu tersebut akan dikaterigorikan sebagai ilmu. Termasuk filsafat karena bisa dikatakan sebagai ilmu, maka tentunya memiliki metode. Bahkan metode filsafat bisa dikatakan banyaknya sebanyak jumlah filsufnya . Metode filsafat yang pernah dikembangkan sepanjang sejarah filsafat. Dari pembahasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa:

1. Filsafat Spekulatif  adalah suatu pencarian untuk aturan dan suatu hal yang menyeluruh, yang diterapkan bukan hanya pada hal tertentu atau pengalaman tertentu saja tetapi untuk seluruh ilmu pengetahuan dan pengalaman. Singkatnya, filsafat spekulatif adalah suatu usaha untuk menemukan hubungan dari keseluruhan aspek dari pikiran dan pengalaman.

2. Metode kritis merupakan suatu aliran yang menekankan terhadap penilaian dari masyarakat ataupun budaya dengan menerapkan sistem pengetahuan tentang pemikiran yang kompleks dengan menggunakan proses analisa dan evaluasi terhadap suatu informasi yang diterima.

3. Analisis dan sintesis merupakan bentuk kegiatan berpikir atau berlogika yang menggunakan bahasa dan referensinya sebagai alat bedah nalar bagi proposisi untuk menyatakan kebenaran sebuah pernyataan.


Daftar Pustaka

Rofiq, Choirul, Ahmad. Pengantar Filsafat. Ponorogo: STAIN Po PRESS, 2014.

Faradisa, Ermita. 2021. 3 Metode dalam Filsafat Pendidikan (Metode Positivisme, Metode Fenomenologis, dan Metode Kritis) https://www.kompasiana.com/ermitafaradisa9404/5e71c99cd541df74635159d2/3metode-dalam-filsafat-pendidikan-metode-positivisme-metode-venomenologis-dan-metode-kritis?page=all (diakses tanggal 16 Oktober 2021).

Mahfud dan Patsun. 2019. Mengenal Filsafat Antara Metode Praktik dan Pemikiran Socrates, Plato dan Aristoteles https://media.neliti.com/media/publications/291597-mengenal-filsafat-antara-metode-praktik-f1cba89e.pdf (diakses tanggal 16 Oktober 2021).

Untuk mendapatkan filenya dapat didownload disini
Semoga bermanfaat!

Tidak ada komentar:

MEDIA BERKUALITAS